B C D
Posted by Unknown on 08:48 with No comments
Hidup itu simpel, seperti
apa yang termaktub pada judul tulisan ini. Hidup itu hanya berkisar pada huruf
“B C D”. “B” berarti birth, “D”
berarti death, dan di tengah-tengah antara
birth dan death adalah “C”, yakni choice.
Ya, kehidupan ini memang berkisar pada pilihan-pilihan yang muncul sepanjang perjalanan
waktu, apa pun, kapan pun, dimana pun, siapa pun, bagaimana pun. Bahkan, diam,
abstain, atau golput pun merupakan sebuah pilihan. Pilihan seseorang untuk
tidak memilih.
Dalam beberapa kasus, ketika
seseorang bingung menentukan pilihan diantara beberapa opsyen, bisa
diindikasikan bahwa seseorang tersebut terkena “galau syndrome”. Dan kemudian apa yang membuat seseorang terbebas
dari “galau syndrome” sehingga
kemudian dia dapat menentukan pilihan?
Friedman dan Hetcer dalam Ritzer
dan Goodman (2007: 357-358) memaparkan Teori Pilihan Rasional, teori yang
mencoba menjelaskan bagaimana seseorang melakukan tindakan untuk mencapai
tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihannya. Teori ini memusatkan perhatian
pada aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan, dan ada
tindakan untuk mencapainya. Dalam perjalanan mencapai tujuan, terdapat
pilihan-pilihan.
Ada dua pemaksa utama
tindakan seseorang dalam menentukan pilihan, yang pertama adalah keterbaatasan
sumber. Aktor mempunyai sumber/akses yang berbeda terhadap sumber daya lain.
Bagi aktor yang mempunyai sumber daya besar, pencapaian tujuan mungkin relatif
mudah. Tetapi bagi aktor yang mempunyai sumber daya sedikit, pencapaian tujuan
mungkin sukar atau mustahil sama sekali. Sumber daya ini erat kaitannya dengan
biaya kesempatan. Dalam mengejar tujuan tertentu, aktor tentu memperhatikan
biaya tindakan berikutnya yang sangat menarik yang tidak jadi dilakukan. Ia
mungkin memilih untuk tidak mengejar tujuan yang bernilai sangat tinggi bila
sumber dayanya tidak memadai, atau bila peluang untuk mencapai tujuan itu
mengancam peluangnya untuk mencapai tujuan berikutnya yang sangat bernilai.
Pemaksa tindakan aktor
yang kedua adalah lembaga sosial. Dalam bertindak/menentukan pilihan tindakan
seorang aktor dibatasi oleh aturan-aturan, norma, adat istiadat, hukum positif,
aturan keluarga/sekolah, dan ajaran-ajaran agama. Aturan-aturan ini menentukan
apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh aktor, serta
sanksi yang akan diterima bila melanggar aturan tersebut.
Ada sebuah kasus sebagai
contoh, si A merupakan sarjana S1 dari perguruan tinggi X. A memiliki keinginan
tinggi untuk “memperkaya khasanah keilmuan” dengan melanjutkan studi ke jenjang
S2. Pada suatu kesempatan A mendaftar pada dua perguruan tinggi sekaligus, di
perguruan tinggi X dan di Y. Grade perguruan tinggi Y lebih tinggi dari pada X.
Namun jadwal pendaftaran, ujian masuk, pengumuman, dan registrasi administrasi
di perguruan tinggi X lebih awal dilakukan dari pada Y. Suatu ketika, A
dinyatakan diterima di perguruan tinggi X. Saat mendekati registrasi
administrasi, A mengalami “galau
syndrome” akut. “Galau syndrome”
akut terjadi karena bingung apakah akan melepas peluang studi S2 di perguruan
tinggi X kemudian mencoba peruntungan untuk melakukan ujian masuk di perguruan
tinggi Y, atau segera menentukan untuk di melanjutkan studi S2 perguruan tinggi
X (karena sudah ada kepastian). Sedangkan perguruan tinggi Y dengan grade yang
tinggi tentu akan menentukan standar yang tinggi pula dalam penerimaan
mahasiswa barunya. Yang berarti bahwa A memiliki peluang sedikit untuk
mengakses perguruan tinggi Y.
Di sisi lain, juga
terdapat pemaksa tindakan bagi A berupa aturan-aturan dari perguruan tinggi X.
Aturan tersebut menyatakan bahwa jika mahasiswa baru tidak melaksanakan
registrasi administrasi pada waktu yang telah ditentukan, berarti ia dinyatakan
gugur. Aturan ini secara tidak langsung mengarahkan A untuk segera menentukan
pilihan, dimana ia akan melanjutkan studi S2.
Peluang untuk mencapai
tujuan itu (studi S2 di perguruan tinggi Y) mengancam peluang A untuk mencapai
tujuan yang telah dicapai yang telah tersedia (kepastian melanjutkan studi S2
di perguruan tinggi X) sangat bernilai. Finaly, karena alasan akses sumber daya
yang terbatas dan aturan lembaga yang kaku, A menentukan pilihan rasional untuk
melanjutkan studi S2 di perguruan tinggi X.
Daftar Pustaka
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
0 komentar:
Posting Komentar